Menjadi Dewasa Adalah Pilihan

“Ada banyak cara menjadi dewasa, kadang begitu mudah semudah membaca buku dan menemukan kearifan di tiap lembarnya. Bahkan ada yang lebih mudah, seperti bercermin pada setiap kejadian yang terjadi pada orang lain. Tapi tidak jarang, kita harus menempuh jalan yang begitu berat untuk menjadi dewasa dan sadar. Kita mesti melewati sungai fitnah yang deras, kudu membelah rimba cobaan dengan kerja dan sabar, bahkan kita harus penuh luka sebelum akhirnya memetik hikmah dan menjadi dewasa. Ada yang berhasil, namun banyak pula yang gugur di tengah jalan.”

Jika hal ini kita analogikan pada kehidupan, khususnya pada diri sendiri, saat ini saya dan kita masih pada proses menuju sebuah ”Kedewasaan”. Tapi yang menjadi hal yang sangat kritis adalah, “bagaimana melalui proses menuju dewasa tersebut dapat dilalui dengan baik?”

Berbagi wacana pemikiran, mengenai menjadi orang yang DEWASA.



Apakah TUA menjadi sebuah ukuran kedewasaan ?. BUKAN adalah jawaban tunggal yang dapat kita yakini dalam proses menuju kedewasaan tersebut. Banyak jalan dan cara untuk menuju sebuah kedewasaan. Tidak harus kita melalui semuanya terlebih dahulu setiap kejadian untuk menjadi dewasa. Tetapi bagaimana kita menyikapi kejadian – kejadian tersebut yang dialami oleh diri kita sendiri maupun oleh orang lain. Kuncinya adalah ”Belajar !”. Semakin kita dapat belajar dengan baik disetiap peristiwanya dapat membuat percepatan dalam menuju kedewasaan.


Sanggupkah BERTAHAN dan BERHASIL dalam proses menuju kedewasaan ? merupakan sebuah pertanyaan mendasar yang harus ditanyakan ke diri kita masing-masing. ”KOMITMEN” merupakan kunci jawaban dalam menjawab pertanyaan tersebut. Seberapa besar komitmen yang kita miliki untuk mencapai kedewasaan. Jauh sebelum sampai pada sebuah komitmen, ada yang namanya ”KEYAKINAN”. Ini merupakan kata yang harus dimiliki oleh setiap individu sebelum mereka berkomitmen pada sebuah tujuan bersama. Banyaknya perubahan yang ada dilingkungan sekitar kita yang secara reversible mempengaruhi perubahan pada diri kita yang juga mempengaruhi Keyakinan dan komitmen. Proses merupakan subuah tahapan yang cukup panjang dan melelahkan. Jika dianalogikan seperti seorang musafir yang berjalan di padang gurun yang luas, yang tidak tahu kapankah ia akan sampai di sebuah tujuan yang ia inginkan. Jika ia tidak belajar dari kisah-kisah musafir terdahulu, mungkin saja ia tidak akan pernah sampai pada tujuan yang ia inginkan dan bahkan ia akan hilang dan tidak akan ada orang yang akan mengenangnya.

Berbeda dengan seorang musafir yang selalu belajar disetiap kesempatannya. Diawali dengan sebuah keyakinan, ia mulai untuk belajar. Sehingga perjalanan yang ia tempuh tidak hanya berbekal pada keyakinan semata. Namun ia bekali dirinya dengan ilmu dan pemahaman yang mendukung perjalanannya kelak. Dengan keyakinan dan ilmu yang cukup serta peralatan yang mendukung selama perjalan, ia akan lebih siap menghadapi sebuah perjalanan pankjang di padang gurun tersebut. Tetapi kesiapan yang matang ini bukan menjadi indikator keberhasilan dalam menepuh perjalanan tersebut. Dua hal lagi yang harus ia miliki selama perjalanan, pertama adalah ”KEPEKAAN” terhadap perubahan yang terjadi. Perubahan tersebut menuntut untuk terus belajar dan belajar lagi dalam menghadapi berbagai tantangan yang ada selama perjalanan. Kedua adalah ”SIKAP MENTAL POSITIF”, yaitu dimana terus mengembangkan kemampuan bertahan dan menyesuaikan diri dalam sebuah perubahan dengaan ”BERPIKIR POSITIF”. Dengan melakukan hal tersebut, rasa lelah, rasa putus asa, rasa takut, dan rasa – rasa lainnya yang membuat kita berhenti dan akhirnya kita kalah dalam sebuah proses menuju kedewasaan.

Dalam sebuah kehidupan, Musafir adalah individu dan atau sekelompok individu. Sedangkan perjalanan merupakan sebuah proses dalam kehidupan, yaitu planning, Organizing, Acting, Controling, dan Evaluating.

Planning, dimana sebuah perencanaan yang baik merupakan kunci akan keberhasilan dalam meraih tujuan. Sebuah perencanaan yang baik harus memiliki unsur ”niat” yang baik. Diawali dengan sebuah niat yang kemudian dituangkan dalam komitmen bersama dalam pencapaiannya dan dijabarkan dengan jelas dan terinci. Membuat perencanaan dalam hidup adalah salah satu hal yang sangat prinsipil. Ia sama sekali tidak dapat diremehkan, karena sangat berperan dalam berbagai penentuan dan pengambilan keputusan atau pilihan dalam hidup. Maka dari itulah, ada orang yang sangat teliti dalam melakukan perencanaan hidup. Dan tak jarang, orang dengan tipikal seperti ini sangat khawatir apabila ia tidak membuat perencanaan walaupun hanya sehari saja. Terkadang perencanaan memang bernafas dengan idealita. Sehingga tak jarang pula banyak orang yang begitu asyik dengan membuat rencana tetapi lemah dalam hal konsistensi dan konsekuensi. Terlebih bila ia menemui kegagalan dalam pelaksanaan dan ternyata ia belum bersiap-siap untuk menanggulanginya. Karena memang di sanalah terletak tantangan dalam menjalani hidup dengan suatu planning yaitu tantangan untuk tetap konsisten dan senantiasa siap menghadapi segala realita yang terjadi ketika waktunya tiba.

"Ketika peluang datang, terlambat sudah untuk bersiap-siap" Pada dasarnya segala perencanaan yang kita buat dalam hidup adalah bagian dari persiapan dalam menghadapi tantangan kehidupan. Karena dalam setiap peluang atau kesempatan selalu terdapat tantangan yang menyertai sebagai bumbu hidup agar tidak hambar. Kan tetapi jangan terlalu asyik dengan bumbu, karena manis-pedas, asam-asin, serta pahitnya bumbu selalu dapat kita atasi dengan penyedap rasa. Apa kah yang dimaksud dengan penyedap rasa? Ia adalah Syukur Nikmat dan keridhoan hati dalam menerima segala ketentuan dan kehendak-Nya Yang Maha Berkehendak.

” Karena kita sebagai manusia hanya dapat berencana dan berusaha, sedang urusan hasil kita serahkan pada Yang Maha Kuasa. Hasil tidak selalu jadi penentuan menang-kalah dari pertarungan”. (Jagostu - Juni 2007).

Organizing, harus ada keberanian untuk berubah ke arah yang lebih baik, dengan ketulusan dan keikhlasan dalam mengolah sumber daya yang ada termasuk diri sendiri. ” Nilai Bukan Harta” Meskipun keduanya mengandung makna serupa tetapi tidak sama. Serupa karena kedua terminologi tersebut memiliki pewaris, ahli waris dan sesuatu yang diwariskan. Dalam mewariskan harta, sesuatu yang diwariskan wujudnya nyata, dapat dihitung, diukur dan dilihat. Sedangkan dalam mewariskan nilai, sesuatu yang diwariskan sifatnya abstrak, tidak dapat dihitung, diukur atau dilihat, tetapi bisa dirasakan dan diyakini. Nilai ”semangat” yang harus dimiliki dan dikelola dengan baik. Hebatnya lagi ”semangat” ini dapat diwariskan sehingga kehidupan dapat menjadi lebih baik.

" Untuk menyempurnakan hal - hal yang besar, kita bukan saja harus bertindak tetapi juga bermimpi, bukan saja merencanakan tetapi juga percaya."

Setelah usaha dimulai, tentu ada banyak hal - hal yang perlu diketahui untuk mampu mengelola semangat dengan baik dan dapat bertahan lebih lama. Dalam memulai suatu langkah dalam kehidupan memang dibutuhkan kemampuan untuk mengidentifikasikan diri _ hal ini sangat berguna buat Anda untuk mengasah kepekaan dan menjunjung tinggi kejujuran dalam menjalani hidup.

Ada kalanya hidup melalui masa - masa sulit, yaitu mulai dari jatuh bangun hingga mengalami masa mencapai sukses. Namun untuk memperoleh semua tidaklah semudah yang dibayangkan. Semua tergantung bagaimana kegigihan dan keuletan dalam memperjuangkan kehidupan ini. Jika berpegang pada semangat dan ulet, tentu akan memperoleh hasil yang membanggakan. Tetapi banyak pula yang justru melempem dan tidak bersemangat sehingga hidupnya pun tidak mendapat pencerahan.

Dalam mengarungi kehidupan ini bukanlah hal yang mudah : gampang diucapkan tetapi sulit untuk dijalankan ! Untuk mempertahankan "semangat" dalam membangun kehidupan yang lebih baik diperlukan "energi" untuk memompa semangat dalam mencapai sasaran. Itu keharusan !!! jika ingin menebarkan ”semangat kebaikan” di sekitar kehidupan ini.

Action, saatnya bertindak. Kesuksesan hari esok adalah hasil dari kerja keras hari sekarang. kita harus jujur pada diri bahwa diri ini pernah dan hingga sekarang masih dilingkupi rasa malas. Rasa malas harus diperangi !!! Malas membunuh potensi diri. Bagaikan sebuah mobil yang sudah full terisi bensin, sudah dicek remnya dan segala macamnya dan sudah siap dijalankan, tapi tak ada yang mengendarainya. Maka berdirilah! Diri inilah yang menjadi sang penggeraknya. Bukan orang lain. Mobil itu adalah milik kita. Raga itu adalah raga kita.

Controling, bersiaplah untuk mengendalikannya!

Banyak cara untuk mengatasi rasa malas ini. Buanglah rasa kantuk dalam diri. Freshkan lah pikiran dan jiwa anda. Motivasikanlah diri anda.

Cara yang paling efektif adalah JUST DOIT !!! LAKUKAN SAJA !!! Jangan berfikir apa-apa lagi. JUST DOIT ! NO REASONABLE !!! LAKUKAN SAJA ! TIDAK ADA ALASAN !!! Lakukanlah, jangan banyak alasan. Toh sudah memikirkannya, sudah menjadwalkannya, kini saatnya bertindak. Lakukanlah ! Kesuksesan hari esok adalah hasil dari kerja keras hari ini. Kalau toh besok anda tidak mendapat apa-apa. Maka yakinkan diri anda, anda sudah berusaha maksimal. Kalau esok tak berhasil, maka bersyukurlah anda telah memanfaatkan waktu dengan baik. Tidaklah merugi orang yang memanfaatkan waktu dengan baik.

Ibarat menggerakan sebuah roda besar. Roda itu adalah cita-cita anda. Cita-cita anda yang besar. Saat pertama anda menggerakan, terasa berat, terasa menyiksa. Tapi itu adalah sebuah roda. Pada putaran pertama memang terasa berat. Tapi pada putaran selanjutnya maka akan terasa lebih ringan. Malah dibeberapa putaran selanjutnya hampir tidak terasa sama sekali.

Maka mulailah sekarang juga. Yakinlah esok anda akan berjaya. Tidak ada penyesalan bagi orang yang berusaha. Tahukah perbedaan orang sukses dan orang gagal. Orang gagal adalah orang yang hanya sedikit menghadapi kegagalan. Lalu ia berhenti karena merasa gagal. Orang sukses, adalah orang yang lebih banyak mendapatkan kegagalan dari pada orang gagal. Dan terus melaju sampai kemenangan didapatkan. Seorang bayi yang belajar berjalan akan mengalami berbagai kegagalan dalam pembelajarannya. Entah ia jatuh, terbentur, terpeleset. Tapi toh karena semangat dan usahanya dia akhirnya dapat berjalan, bahkan berlari dan melompat.

Maka dari itu bangkitlah dari kursi malas Anda. Tinggalkan televisi anda. Jangan cari-cari alasan !!! Saatnya anda bertindak !!! Saatnya anda menggerakan roda impian anda.

Dunia hanyalah persinggahan. Kampus kehidupan. Tempat kita belajar mencari bekal untuk kehidupan "berikut" yang kekal. Belajarlah sebaik mungkin. Lulus lah dengan baik. Luluslah dengan mendapat gelar Cum Laude. Janganlah terlalu banyak tertidur. Sebagaimana syair Arab:

Wahai sahabat sang kasur


Engkau telah terlalu lama tertidur


Tidakkah kau tahu bahwa setelah kematian


Adalah waktu yang panjang untuk tidur?


Setiap orang sudah diberi modal oleh sang Pencipta. Bukan ketampanan, bukan kecantikan, bukan harta warisan, melainkan waktu.

Waktu bukan bertambah kawan. Tapi berkurang.

Evaluasi, senantiasa untuk meluangkan waktu sesaat di setiap harinya untuk melihat ”kilas balik” segala hal yang telah kita lakukan dengan obyektif. Hal pertama yang dibutuhkan adalah kemauan untuk menyediakan waktu. Kadang kala, karena kesibukan yang dimiliki, waktu khusus untuk mengevaluasi diri secara obyektif nyaris dan bahkan tidak ada.

Selain meluangkan waktu, hal kedua yang kita butuhkan adalah keterbukaan dan kejujuran terhadap diri sendiri – ini adalah faktor yang sangat penting, karena sering kali tidak bisa atau tidak dapat melihat diri secara obyektif. Terkadang menganggap diri ini adalah yang terbaik, padahal belum apa-apa.

Hal ketiga yang kita butuhkan dalam mengevaluasi diri adalah mendengar input atau masukan dari orang lain. Keterbukaan untuk menerima masukan dari orang lain akan mendatangkan manfaat bagi diri sendiri. Untuk dapat mengenali kelemahan-kelemahan secara obyektif, perlu mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang-orang yang tidak suka atas apa yang telah dilakukan. Biasanya, orang-orang yang tidak suka dapat dengan jeli dalam mencari dan melihat apa yang menjadi kelemahan orang lain. Sahabat atau teman –walaupun ingin menyampaikan kritikan atau koreksian– biasanya akan menggunakan bahasa yang lebih halus sehingga kadang-kadang justru mengaburkan maksud yang sesungguhnya.

Lalu hal keempat yang juga perlu kita lakukan adalah mencoba untuk menilai segala sesuatu secara obyektif dan bukan membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Ketika membandingkan diri dengan orang lain, akan selalu bisa menemukan orang-orang yang jauh di bawah kita atau di atas kita. Mari belajar membandingkan diri dengan potensi yang kita miliki. Saya mendapati bahwa orang-orang yang suka merenung dan melakukan evaluasi diri memiliki kemampuan untuk mengenali titik lemah dan titik kekuatan yang ia miliki, juga mampu membandingkan dirinya dengan potensi yang seharusnya ia miliki. Dari situlah orang-orang semacam ini menjadi terpacu untuk memaksimalkan hidupnya lebih lagi.
Jika keempat hal ini dilakukan bersama-sama, akan jauh lebih mudah untuk mengenali adanya potensi-potensi lain dalam diri yang belum ter-explore selama ini, sehingga di masa yang akan datang dapat menetapkan langkah-langkah untuk menggali dan mengembangkan potensi-potensi yang masih tersembunyi itu.

Ada beberapa langkah yang perlu diambil untuk mengaplikasikan perenungan menjadi sebuah tindakan nyata. Yang pertama, fokuskan evaluasi pada kekurangan/kelemahan dan potensi-potensi yang belum tersentuh dalam diri. Setelah itu, mulai buat perencanaan yang sistematis dan ambil langkah-langkah radikal untuk menanggulangi kekurangan/kelemahan tersebut. Di sisi lain, mulai mencari cara untuk menggali dan mengembangkan potensi-potensi yang selama ini masih terpendam dalam diri. Dengan melakukan hal ini secara konsisten, pasti akan mulai melihat kemajuan yang signifikan.

Menjadi karakter dewasa adalah PILIHAN !! Bersiaplah untuk menjadi DEWASA atau TUA....saya, anda, kita, dan rekan-rekan yang memilihnya.

Sukses untuk memilih, dan berusaha untuk selalu memilih pilihan TERBAIK, yaitu bermanfaat bagi diri, orang lain dan lingkungan....Tunggu apa lagi??!!


Salam SOBAT !!


Seta A. Wicaksana, M.Psi.

(i/o Psychologist)